Cikal Network

Saturday 4 June 2016

RESUME SEMINAR “ITSB-APKI-BBPK serta Penandatanganan MoU antara ITSB dan University of Tsukuba”

RESUME SEMINAR

“ITSB-APKI-BBPK Seminar serta
Penandatanganan MoU antara ITSB dan University of Tsukuba”

Lokasi Seminar di Gedung Sinarmas Land Plaza, Jakarta

Seminar “ITSB-APKI-BBPK serta Penandatanganan MoU antara ITSB dan University of Tsukuba” telah diselenggarakan oleh Sinarmas bekerjasama dengan ITSB (Institut Teknologi Sains Bandung), APKI (Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia) dan BBPK (Balai Besar Pulp dan Kertas) pada tanggal 27 Februari 2015 di Gedung Sinarmas Land Plaza Tower II Lt.39 Jl.MH Thamrin No 51,JakPus, Jakarta, Indonesia.
Hadir sebagai pembicara pada seminar tersebut Posma R. Panggabean (BBPK), Liana Bratasida (APKI), Ari Darmawan Pasek (Rektor ITSB), Galih Sulistyanto (Direktur Pelaksana Sinarmas & Ketua Dewan Pengawas Yayasan ITSB ).

Sesi 1 : Pembicara Ibu Liana Bratasida (Direktur Eksekutif Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia) dan Bapak Posma R. Panggabean (Kepala Bidang Pengembangan dan Kompetensi Alih Teknologi BBPK)
    
suasana jalannya acara seminar

Penyelenggaraan seminar dilatar-belakangi oleh keprihatinan APKI atas pelayanan (birokrasi) perizinan yang lama dan tidak satu pintu. Sebagai contoh perizinan PPLH, Impor, Pengolahan Limbah B3 untuk kegiatan pemanfaatan Limbah B3. Selain itu, alasan seminar ini terlaksana juga terkait tantangan Indonesia kedepannya terutama dalam menghadapi MEA 2015. Untuk itulah BBPK dan APKI juga mensosialisasikan peran penting SNI (Standar Nasional Indonesia) dan LSP (Lembaga Sertifikasi Profesi) dalam memenuhi kompetensi pekerja bagi perusahaan dan memproteksi pekerja ataupun produk Indonesia agar mampu bersaing.
Perlu diingat bahwa anggota APKI terdiri dari 62 Perusahaan, diantaranya 42 Perusahaan Kertas, 4 Perusahaan Pulp (Non –Integrated), dan 5 Perusahaan Pulp dan Kertas (Integrated). Selain itu, terdapat 21 Perusahaan lain di sektor Industri Pulp dan Kertas yang belum tergabung dalam APKI.
Di ASEAN produksi kertas Indonesia yang terbesar, disusul oleh Vietnam dan Thailand sedangkan di tingkat ASIA Indonesia menempati urutan ketiga setelah China dan Jepang. Hal inilah yang mendorong pelaku di Industri Pulp dan Kertas untuk mendesak pemerintah dalam hal mempermudah perizinan baik itu Izin PPLH yang bermuara pada penerbitan SKKLH, Izin IMPOR dan Izin pengolahan Limbah B3 untuk kegiatan pemanfaatan Limbah B3.
Berdasarkan diskusi yang berlangsung, berbagai persoalan itu muncul terutama karena lamban dan rumitnya birokrasi dalam hal perizinan. Contoh kasus adalah izin PPLH atau Impor yang harusnya 5 hari (schedule) bisa diselesaikan justru molor hingga 40 hari (real). Hal ini tentu saja tidak efektif dan efisien, oleh karena itu APKI berharap pemerintah bisa memperbaiki hal ini serta membuat sistem perizinan satu pintu.
Dalam hal SNI, BBPK pun tak kalah mau ketinggalan dengan menjabarkan ada 163 SNI yang sudah terdaftar namun 76 SNI diantaranya telah kadaluarsa. Selain itu, jumlah 163 SNI dinilai masih terlalu banyak, perlu dirampingkan dengan memilah mana yang perlu dan mana yang tidak perlu. SNI harus menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Bahkan, sampai saat ini belum ada SNI wajib untuk Industri Pulp dan Kertas namun telah mulai diajukan Usulan SNI wajib untuk Kertas Tisu, Kertas Sigaret dan Kertas Kemasan Pangan.
Tentunya bukan hanya produk yang hanya memiliki sertifikasi, pekerja pun diwajibkan memiliki Sertifikat Profesi. Pak Posma R. Panggabean pun kembali menegaskan dengan adanya SNI wajib baik itu bahan baku ataupun output berupa produk bisa memproteksi produk dalam negeri.
Dalam hal sertifikasi profesi, LSP terdiri dari 3 Jenis LSP yaitu LSP 1 dikeluarkan oleh lembaga pendidikan/pelatihan, LSP 2 oleh Industri, dan LSP 3 oleh asosiasi industri dan asosiasi profesi.

Sesi 2 : Pembicara Bapak Ari Darmawan Pasek
Untuk seminar sesi 2 antara ITSB dan University of Tsukuba

    

Untuk meningkatkan kompetensi para dosen dan memperkuat penelitian di sektor pulp dan kertas, Institut Teknologi dan Sains Bandung (ITSB) telah melakukan kerja sama dengan Universitas Tsukuba, Jepang yang dikenal memiliki keahlian di bidang industri pulp dan kertas.
Ketua Dewan Pengawas Yayasan ITSB, Sulistiyanto mengatakan, kerja sama ini merupakan lanjutan dari yang sudah dikerjakan sebelumnya, seperti mendatangkan dosen dari Tsukuba untuk bertukar ilmu pengetahuan mengenai teknologi kertas. ITSB juga memiliki program studi khusus tentang teknologi pengolahan pulp dan kertas.


  
penandatanganan MoU antara ITSB dan University of Tsukuba
Melalui kerja sama ini, para dosen ITSB akan diberi kesempatan meningkatkan kualifikasi mereka tentang teknologi pengolahan pulp dan kertas, dengan menempuh pendidikan doktoral di Universitas Tsukuba," terang Sulistiyanto, usai penandatanganan nota kesepahaman di Jakarta, Jumat (27/2).
Tidak hanya itu, kesepakatan ini juga memungkinkan ITSB melakukan penelitian bersama seputar pengembangan electronic paper dengan Universitas Tsukuba. Rektor ITSB, Pak Ari Darmawan Pasek menerangkan bahwa di era digital ini, penelitian tentang electronik paper perlu kita kembangkan. Ini akan mulai dilakukan setelah para dosen kita menyelesaikan pendidikan doktoralnya di sana.
ITSB yang berlokasi di Kota Delta Mas Bekasi ini didirikan oleh Yayasan ITSB, dengan dukungan Institut Teknologi Bandung, Pemerintah Kabupaten Bekasi dan Sinar Mas. ITSB sudah beraktivitas sejak 2010 dan memiliki tujuh program studi, dengan rincian lima strata satu dan dua diploma.


Foto-foto lain kami :

  
saat bertolak menuju lokasi seminar di Jakarta

    
suasana saat berlangsungnya acara seminar

    
foto dengan pembicara pada seminar

Share:

0 comments:

Post a Comment

Anything for my information

Its my profile

My photo
Karawang, Jawa barat, Indonesia
My Full Name is Fauzi Cikal Antariksa. You can call me "Cikal". I live in Karawang, Perumnas - Galuh Mas street. My Principal : "Di awali dengan harapan, di akhiri dengan kepastian"

Followers

Popular Posts

Signature

Masa Lalu bukan momok yang menakutkan, kiranya kita dapat menjadikannya pembelajaran, untuk perubahan di masa depan -c-

Pages

visitor :

Flag Counter