RESUME SEMINAR
“ITSB-APKI-BBPK Seminar serta
Penandatanganan MoU antara ITSB dan
University of Tsukuba”
Seminar
“ITSB-APKI-BBPK serta Penandatanganan
MoU antara ITSB dan University of Tsukuba” telah diselenggarakan oleh Sinarmas
bekerjasama dengan ITSB (Institut
Teknologi Sains Bandung), APKI
(Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia) dan BBPK
(Balai Besar Pulp dan Kertas) pada tanggal 27 Februari 2015 di Gedung Sinarmas Land Plaza Tower II Lt.39 Jl.MH Thamrin No 51,JakPus, Jakarta, Indonesia.
Hadir sebagai pembicara pada seminar tersebut
Posma R. Panggabean (BBPK), Liana Bratasida (APKI), Ari Darmawan Pasek (Rektor
ITSB), Galih Sulistyanto (Direktur Pelaksana Sinarmas & Ketua Dewan
Pengawas Yayasan ITSB ).
Sesi 1 : Pembicara Ibu Liana Bratasida (Direktur Eksekutif Asosiasi
Pulp dan Kertas Indonesia) dan Bapak Posma R. Panggabean (Kepala Bidang
Pengembangan dan Kompetensi Alih Teknologi BBPK)
Penyelenggaraan seminar dilatar-belakangi oleh
keprihatinan APKI atas pelayanan (birokrasi) perizinan yang lama dan tidak satu
pintu. Sebagai contoh perizinan PPLH, Impor, Pengolahan Limbah B3 untuk
kegiatan pemanfaatan Limbah B3. Selain itu, alasan seminar ini terlaksana juga
terkait tantangan Indonesia kedepannya terutama dalam menghadapi MEA 2015.
Untuk itulah BBPK dan APKI juga mensosialisasikan peran penting SNI (Standar
Nasional Indonesia) dan LSP (Lembaga Sertifikasi Profesi) dalam memenuhi
kompetensi pekerja bagi perusahaan dan memproteksi pekerja ataupun produk
Indonesia agar mampu bersaing.
Perlu diingat bahwa anggota APKI terdiri dari 62
Perusahaan, diantaranya 42 Perusahaan Kertas, 4 Perusahaan Pulp (Non
–Integrated), dan 5 Perusahaan Pulp dan Kertas (Integrated). Selain itu,
terdapat 21 Perusahaan lain di sektor Industri Pulp dan Kertas yang belum
tergabung dalam APKI.
Di ASEAN produksi kertas Indonesia yang terbesar,
disusul oleh Vietnam dan Thailand sedangkan di tingkat ASIA Indonesia menempati
urutan ketiga setelah China dan Jepang. Hal inilah yang mendorong pelaku di
Industri Pulp dan Kertas untuk mendesak pemerintah dalam hal mempermudah
perizinan baik itu Izin PPLH yang bermuara pada penerbitan SKKLH, Izin IMPOR
dan Izin pengolahan Limbah B3 untuk kegiatan pemanfaatan Limbah B3.
Berdasarkan diskusi yang berlangsung, berbagai
persoalan itu muncul terutama karena lamban dan rumitnya birokrasi dalam hal
perizinan. Contoh kasus adalah izin PPLH atau Impor yang harusnya 5 hari
(schedule) bisa diselesaikan justru molor hingga 40 hari (real). Hal ini tentu
saja tidak efektif dan efisien, oleh karena itu APKI berharap pemerintah bisa
memperbaiki hal ini serta membuat sistem perizinan satu pintu.
Dalam hal SNI, BBPK pun tak kalah mau ketinggalan
dengan menjabarkan ada 163 SNI yang sudah terdaftar namun 76 SNI diantaranya
telah kadaluarsa. Selain itu, jumlah 163 SNI dinilai masih terlalu banyak,
perlu dirampingkan dengan memilah mana yang perlu dan mana yang tidak perlu.
SNI harus menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Bahkan, sampai saat ini belum
ada SNI wajib untuk Industri Pulp dan Kertas namun telah mulai diajukan Usulan
SNI wajib untuk Kertas Tisu, Kertas Sigaret dan Kertas Kemasan Pangan.
Tentunya bukan hanya produk yang hanya memiliki
sertifikasi, pekerja pun diwajibkan memiliki Sertifikat Profesi. Pak Posma R.
Panggabean pun kembali menegaskan dengan adanya SNI wajib baik itu bahan baku
ataupun output berupa produk bisa memproteksi produk dalam negeri.
Dalam hal sertifikasi profesi, LSP terdiri dari 3
Jenis LSP yaitu LSP 1 dikeluarkan oleh lembaga pendidikan/pelatihan, LSP 2 oleh
Industri, dan LSP 3 oleh asosiasi industri dan asosiasi profesi.
Sesi 2 : Pembicara Bapak Ari Darmawan Pasek
Untuk seminar sesi 2 antara ITSB dan University of Tsukuba
Untuk
meningkatkan kompetensi para dosen dan memperkuat penelitian di sektor pulp dan kertas, Institut Teknologi dan Sains
Bandung (ITSB) telah melakukan kerja sama dengan Universitas Tsukuba, Jepang
yang dikenal memiliki keahlian di bidang industri pulp dan kertas.
Ketua Dewan
Pengawas Yayasan ITSB, Sulistiyanto mengatakan, kerja sama ini merupakan
lanjutan dari yang sudah dikerjakan sebelumnya, seperti mendatangkan dosen dari
Tsukuba untuk bertukar ilmu pengetahuan mengenai teknologi kertas. ITSB juga
memiliki program studi khusus tentang teknologi pengolahan pulp dan kertas.
penandatanganan MoU antara ITSB dan University of Tsukuba
Melalui
kerja sama ini, para dosen ITSB akan diberi kesempatan meningkatkan kualifikasi
mereka tentang teknologi pengolahan pulp dan kertas, dengan menempuh pendidikan
doktoral di Universitas Tsukuba," terang Sulistiyanto, usai
penandatanganan nota kesepahaman di Jakarta, Jumat (27/2).
Tidak hanya itu, kesepakatan ini juga memungkinkan ITSB
melakukan penelitian bersama seputar pengembangan electronic paper dengan
Universitas Tsukuba. Rektor ITSB, Pak Ari Darmawan Pasek menerangkan bahwa di
era digital ini, penelitian tentang electronik
paper perlu kita kembangkan.
Ini akan mulai dilakukan setelah para dosen kita menyelesaikan pendidikan
doktoralnya di sana.
ITSB
yang berlokasi di Kota Delta Mas Bekasi ini didirikan oleh Yayasan ITSB, dengan
dukungan Institut Teknologi Bandung, Pemerintah Kabupaten Bekasi dan Sinar Mas.
ITSB sudah beraktivitas sejak 2010 dan memiliki tujuh program studi, dengan
rincian lima strata satu dan dua diploma.
Foto-foto lain kami :
Foto-foto lain kami :
saat bertolak menuju lokasi seminar di Jakarta
suasana saat berlangsungnya acara seminar
foto dengan pembicara pada seminar
0 comments:
Post a Comment